BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Model berasal dari Bahasa Inggris
Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah konsep, atau pola.
Harjanto (2006) mengartikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian
lain "model" juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari
benda sesungguhnya, misalnya "globe" merupakan bentuk dari bumi.
Dalam uraian selanjutnya istilah "model" digunakan untuk menunjukkan
pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan "model
dasar" dipakai untuk menunjukkan model yang "generik" yang
berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut
dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. Raulerson (dalam
Harjanto, 2006) mengartikan model diartikan sebagai "a set of parts united
by some form of interaction" (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian
yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling
mempengaruhi).
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja
model-model supervisi pendidikan?
2. Apa saja
Pendekatan Supervisi pendidikan?
3. Bagaimana
Tekhnik-tekhnik dalam supervisi pendidikan?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
model-model supervisi pendidikan
2. Mengetahui
bagaimana Pendekatan Supervisi pendidikan
3. Mengetahui
bagaimana Tekhnik-tekhnik dalam supervisi pendidikan
BAB II
MODEL, PENDEKATAN DAN TEKHNIK SUPERVISI PENDIDIKAN
1.
MODEL SUPERVISI
PENDIDIKAN
Model berasal
dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah
konsep, atau pola. Harjanto (2006) mengartikan model sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu
kegiatan. Dalam pengertian lain "model" juga diartikan sebagai barang
atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya "globe" merupakan
bentuk dari bumi. Dalam uraian selanjutnya istilah "model" digunakan
untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran.
Sedangkan "model dasar" dipakai untuk menunjukkan model yang
"generik" yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak
pengembangan model lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru.
Raulerson (dalam Harjanto, 2006) mengartikan model diartikan sebagai "a
set of parts united by some form of interaction" (artinya: suatu perangkat
dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan
saling mempengaruhi). Contohnya sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem
kekerabatan, Khusus dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan supervisi, penulis
lebih tepat menggunakan istilah acuan yang dipakai dalam melaksanakan
sepervisi. Sahertian (2000) membagi model supervisi menjadi tiga bentuk: a)
model konvensional (tradisional), b) model ilmiah, dan (c) model klinis dan d)
model artistik.
a) Model
konvensional (tradisional)
Model ini tidak
lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan
yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan
korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi
ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan.
Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini disebut snoopervision
(memata-matai). Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah
untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi "untuk
melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan
seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu
permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat
bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya
guru-guru merasatidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru: 1)
Acuh tak acuh (masa bodoh), dan (2) Menantang (agresif). Praktek mencari
kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas
datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan
seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi
supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan
kesalahan.
Masalahnya ialah bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan
sehingga para guru menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru
akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki.
Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai
bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
b) Model
Supervisi Ilmiah
Supervisi yang
bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Dilaksanakan
secara berencana dan kontinu;
(2) Sistematis
dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu;
(3) Menggunakan
instrumen pengumpulan data;
(4) Ada data
yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan
menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu para siswa
atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas.
Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan
mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak berbicara
kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data
ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data
secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
c) Model
Supervisi Klinis
Supervisi klinis
adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan
melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis
yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta
bentujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis
adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Lebih lengkap
tentang supervisi klinis dalam uraian tersendiri.
d) Model
Supervisi Artistik
Mengajar adalah
suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi
mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga
sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu
pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut
bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain
(working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the
others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan
kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada
kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta
bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati,
saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak
melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak.
2. PENDEKATAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
Pendekatan
berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau
langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi
menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak
langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan
tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat
menyurat, media masa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis.
Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang
menggabungkan kedua pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007). Pendekatan
yang diguhakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi,
sangat bergantung kepada prototipe guru. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa
pendekatan, perilaku supervisor berikut.
a. Pendekatan
langsung (direktif)
Pendekatan
direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor
lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap
psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan
berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena
guru memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi
lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman
(punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor
seperti berikut ini.
1) Menjelaskan,
2) Menyajikan,
3) Mengarahkan,
4) Memberi
contoh,
5) Menerapkan
tolok ukur, dan
6) Menguatkan.
b. Pendekatan
tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud
dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap
permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara
aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin
kepada guru
untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini
berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu
dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi
guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami
apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah
sebagai berikut.
1) Mendengarkan,
2) Memberi
penguatan,
3) Menjelaskan,
4) Menyajikan,
dan
5) Memecahkan
masalah.
c. Pendekatan
kolaboratif
Pendekatan
kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan
non-direktif menjadi suatu cara pendekatanbaru. Pada pendekatan ini, baik
supervisor maupun guru bersama-samabersepakat untuk menetapkan struktur proses
dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi
kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan
lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas
individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua
arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam
pendekatan ini adalah sebagai berikut.
1) Menyajikan
2) Menjelaskan
3) Mendengarkan
4) Memecahkan
masalah
5) Negosiasi
Ketiga macam
pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian
supervisi sebagai yaitu.
1) Percakapan
awal (pre-conference)
2) Observasi
3)
Analisis/interpretasi
4) Percakapan
akhir(pasconference)
5) Analisis
akhir
6) Diskusi
3. TEKNIK
SUPERVISI
Teknik adalah
suatu metode atau cara melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik
adalah terampil dan cepat menurut ( Hariwung (1989). Seorang supervisor harus
memilih teknik-teknik khusus yang serasi. Teknik sebagai suatu metode atau cara
melakukan hal-hal tertentu. Suatu teknik yang baik adalah terampil dan cepat;
teknik dipakai menyelesaikan tugas yang dikerjakan sesuai rencana, spesifikasi
atau tujuan yang dikaitkan
dengan teknik
yang bersangkutan. Suatu teknik mungkin sederhana, misalnya menggunakan
"mesin mimeograf" untuk menggandakan pengumuman atau laporan yang
dikirimkan kepada guru-guru; atau teknik dapat lebih rumit, misalnya membantu
mengevaluasi pekerjaan mereka.)
Jadi teknik
supervisi adalah cara-cara khusus yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
supervisi dalam mencapai tujuan tertentu. Teknik supervisi adalah atat yang
digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada
akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Teknik supervisi dapat dibadi atas dua sifat,(a) Indivdual dan (b)
Kelompok. Teknik Individual adalah teknik yang dilaksanaan oleh seorang guru
oleh dirinya sendiri, sedangkan kelompok adalah dilakukan oleh beberapa orang
atau bersama.
Teknik
individual terdiri atas:
a) Kunjungan
kelas,
b) Observasi
kelas,
c) Percakapan
pribadi,
d) Inter
visitasi,
e) Penyeleksi
berbagai sumber materi untuk belajar, dan
f) Menilai diri
sendiri.
Teknik kelompok
terdiri atas:
a) Pertemuan
orientasi bagi guru baru,
b) Panitia
Penyelenggara,
c) Rapat Guru,
d) Tukar menukar
pengalaman,
e) Lokakarya,
f) Diskusi
panel,
g) Seminar,
Simposium,
h) Demontrasi
mengajar.
I) Perpustakaan
jabatan,
j) Buletin
supervisi,
k) Membaca
langsung,
l) Organisi
profesi,
m) perjalanan
sekolah.
3.1. Teknik
individual
a) Teknik
Kunjungan kelas
Teknik ini
dengan observasi kelas sama-sama dilakukan di ruang kelas, tetapi tidak sama.
Perbedaannya dapat kita lihat pada tujuan dari teknik ini dimana tujuannya
untuk (1) membantu guru yang belum berpengalaman,(2) membantu guru yang sudah berpengalaman
tentang kekeliruanyang dilakukannya,(3) membantu guruyang baru pindah,(4) membantu
melaksanakan proyek pendidikan,(5) mengamati prilaku guru pengganti,(6)
mendengarkan nara sumber mengajar,(7) mengamati tim pengajar, (8) mengamati
cara mengajar bidang-bidang studi istimewa, serta (9) membantu menilai
pemakaian media pendidikan baik yang beru atau pun yang canggih.
b) Teknik
Observasi Kelas
Teknik observasi
kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan
tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar
mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap
guru yang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu
dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya
tidak mengganggu proses belajar mengajar.
c) Percakapan
Pribadi
Dialog yang
dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang membahas tentang keluha-keluhan
atau kekurangan yang dikuakan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini
supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
d) Intervisitasi
(mengunjungi
sekolah lain)
Teknik ini
dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa
orang guru untuk mengunjungi sekolahsekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya
untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai seekolah tersebut maju.
e) Penyeleksi
berbagai sumber materi untuk belajar (Bacaan
Terarah)
Cara untuk
mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha mengikuti
perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan
"profesional reading ". Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
f) Menilai diri
sendiri
Guru dan
supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan
nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang akhirnya akan
memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri
sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran
terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada beberapa cara
atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar
pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai
pekerjaan atau suatu aktivitas guru di muka kelas. Yaitu dengan menyususun
pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama siswa.
h) Supervisi
yang memakai pendapat para siswa.
Teknik ini
adalah dengan menanyakan kepada siswa tentang belajar mengajar dan materi yang
telah diajarkan.Hal ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana hasil mengajar
untuk peningkatan kualitas dalam mengajar.
3.2. Teknik
Kelompok
a) Pertemuan
Orientasi Bagi Guru Baru (Orientation Meeting for New Teacher)
Pertemuan itu
ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru untuk
memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan saja guru baru
tapi juga seluruh staf guru.
Hal-hal yang
disajikan dalam pertemuan orientasi ini meliputi :
1) Sistem kerja
dari sekolah itu
Biasanya
dilaksanakan melalui percakapan bersama, yang dapat juga diselingi dengan
pengenalan physik dan saling diskusi bersama yang disebut juga a round table
discussion.
2) Proses dan mekanisrne
administrasi dan organisasi sekolah.
3) Biasanya
diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
4) Sering juga
pertemuan orientasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi
kelompok, lokaarya selama beberapa hari, sepanjang tahun.
5) Ada juga
melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu misalnya pusat-pusat industri,
atau obyek-obyek sumber belajar.
6) Salah satu
ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini ialah
makan bersama.
7) Juga tempat
pertemuan turut juga mempengaruhi orientasi itu.
8) Aspek lain
yang membantu terciptanya suasana kerja, ialah bahwa guru baru itu tidak merasa
asing tetapi ia merasa diterima dalam kelompok guru lain. Pertemuan orientasi
ini merupakan juga jumpa untuk merencanakan program sekolah yang berhubungan
dengan pembinaan guru dalam proses belajar mengajar.
b) Panitia
Penyelenggara
Suatu kegiatan
bersama biasanya perlu diorganisasi. Untuk mengorganisasi sesuatu tugas
bersama, ditunjuk beberapa orang penanggungjawab pelaksana. Para pelaksana yang
dibentuk untuk melaksanakan sesuatu tugas yang lazim sebut panitia
penyelenggara. Panitia ini dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
sekolah kepadanya, banyak mendapat pengalaman-pengalaman kerja.
Pengalaman dalam
usaha lencapai tujuan, pengalaman dalam mengerti cara bekerja sama dengan orang
lain, pengalaman yang berhubungan dengan tugas yang dibebankan. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman itu guru-guru dapat bertambah dan bertumbuh daprofesi
mengajarnya.
c) Rapat Guru
(teacher metting)
Rapat guru
berbeda dengan pertemuan pormal karena pada rapat ini semua guru yang ada pada
sekolah tersebut hadir. Dalam rapat ini biasanya dibicarakan masalah
pengajaran, dan kepala sekolah beserta wakilnya sebagai supervisor. Namun
kadang pelaksanaan rapat tersebut dikelola oleh suatu panitia guru atau tim
penasehat kepala sekolah.
Tujuan utamanya
adalah untuk memperbaiki kualitas personal dan program sekolah; dan juga
memberikan kesempatan untuk berpikir koopratif, merencanakan staf, mendorong
orang untuk berbicara dan dapat mengenal sekolah secara keseluruhan.
d) Tukar menukar
pengalaman (sharring experience)
Teknik ini
dilaksanakan secara informal dimana setiap guru menyampaikan pengalaman
masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diarahkan. Karena
forum ini sifatnya umum maka akan memberikan suatu pengalaman yang berharga
bagi guru muda (yunior) untuk memperkuat jati diri sebagai guru. Kesimpulan yang
diperoleh akan dijadikan pegangan bagi semua guru dalam mesiasati pekerjaan
mereka di kelas.
e) Lokakarya
(Workshop)
Lokakarya ini
dengan cara mendatangkan para ahli-ahli pendidikan untuk mendiskusikan
masalah-masalah pendidikan. Ketika itu guru-guru dapat mengambil kesimpulan
dari apa yang dibicarakan. Teknik ini adalah usaha untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan bekerjasama baik mengenai masalah-masalah teoritis
maupun prakltis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup secara umum dan
kualitas profesional secara khususnya. Workshop atau lokakarya salah diantara
satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial.
Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan
workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat
diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi
sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk
mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta
masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
f) Panel Diskusi
(Panel Discussion)
Teknik ini
dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu dan
pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan melihat
suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-masing
sehingga guru dapat masukan yang sangat lengkap dalam mnenghadapi atau
memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah lahirnya sifat cekatan
dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang ahli.
g) Simposium
Kegiatan
mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas masalah pendidikan.
Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu topik dari
aspek-aspek yang berbeda.Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru
sebagai pengikut diharapkan dapat mengambil bekal dengan mendengarkan
pidato-pidato tersebut.
h) Demonstrasi
mengajar
Usaha
peningkatan belajar mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan
guru dalam mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.
j) Buletin
supervisi.
Suatu media yang
bersifat cetak dimana disana didapati peristiwaperistiwapendidikan yang
berkaitan dengan cara-cara mengajar,tingkah laku siswa,dan sebagainnuya.Diharapkan
ini dapat membantu guru
untuk menjadi
lebih baik.
k) Membaca
langsung
Kegiatan ini
dilakukan guru secara perseorangan, dimana guru membaca buku-buku pendidikan
yang akan membantu guru tersebut.
l) Organisi
profesi
Organisasi
profesi guru di Indonesia adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia),
sedangkan dosen mempunyai organisasi profesi tersendiri yaitu ADI (Asosiasi
Dosen Indonesia). PGRI adalah lembaga profesi yang melindungi guru secara
lembaga dalam segala sesuatu yang akan merusak citra guru baik dari dalam
maupun dari luar anggotanya. Lembaga ini sekaligus memperjuangkan hak dan kewajibannya
secara hukum kepada semua pihak yang langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan guru. Hal ini penting untuk menjaga agar guru tidak terganggu pekerjaan
pokoknya sehar-hari.
m) Perjalanan
Sekolah/ Firld Trips)
Adalah suatu
cara dimana guru-guru melakukan kunjungan ke sekolahsekolah untuk memperkaya
pengalaman belajar mengajar terutama bagi guru-guru yang mengalami masalah
dalam tugas, sehingga mereka mendapatkan semacam selingan atau refresssing
setelah melakukan pekerjaan rutin mereka di sekolah.
Dengan cara ini
diharapkan mendorong pertumbuhan jabatan dan kegairahan bekerja dengan
sumber-sumber penglaman yang baru.
n) Kurikulum Laborotarium
Suatu tempat
dimana guru-guru dapat memperoleh sumber-sumber materi untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam rangka insevice training.
o) Mengikuti
kursus
Teknik ini
dilakukan oleh guru untuk meningkatan pengetuan dan keterapilan mereka dalam
mengajar agar tidak monoton.
p) Supervisi
Sebaya (Peer Supervising)
Sejajar dengan
prinsip metodelogi belajar mangajar bahwa anak yangpintar diperbolehkan
membantu teman-temannya dalam belajar walaupun ia tidak berhak dalam menilai
keberhasilan guru yang dibantu. Teknik ini sangat berguna dalam share
pengalaman guru dari teman seprofesi dalam bidangnya. Mereka akan mendapatkan
kiat-kiat yang ada pada masing-masing teman terutama pada materu=i materi
sulit. Teknik ini sangat baik dilakukan dalam forum KKG atau MGMP yang dilakukan
setiap minggu,
q) Supervisi
dengan pemanfaatan Alat Elektronika
Teknik ini
memanfaatkan alat-alat elektronika yang dapat menangkap gambar-gambar secara
kontinyu dan dapat merekam suara.Bila diadakan supervisi kita supervisor hanya
mengoperasikan saja alat-alat tersebut.Alat ini tidak mengganggu kewajaran
proses belajar mengajar. Teknik sekarang digunakan untuk pelaksanan supervisi
klinis yang akand dikembangkan di FKIP Universitas Riau oleh penulis sendiri.
r) Pemanfaatan
Nara Sumber
Sumber yang
dapat memberikan pendalaman dan perluasan ilmu secara langsung, dengan
kemungkinan untuk berinteraksi dan memberikan penjelasan secukupnya, berupa
seorang ahli yang dapat didatangkan sebagai nara sumber (resource person).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Model
supervisi menjadi tiga bentuk: a) model konvensional (tradisional), b) model
ilmiah, dan (c) model klinis dan d) model artistik.
2. Model
konvensional (tradisional) adalah refleksi sikap pemimpin yang otokrat dan korektif.
Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah
mengadakan inspeksi untuk mencari
kesalahan dan
menemukan kesalahan.
3. Model
Supervisi Ilmiah
Supervisi yang
bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Dilaksanakan
secara berencana dan kontinu;
(2) Sistematis
dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu;
(3) Menggunakan
instmmen pengumpulan data;
(4) Ada data
yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
4. Model
Supervisi Klinis yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta benujuan
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
5. Model
Supervisi Artistik supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan
juga suatu kiat.
6. Pendekatan
supervisi terdiri atas dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan
pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut
dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara,
7. Pendekatan
direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor
lebih dominan
8. Pendekatan
tidak langsung (Non-Direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan oleh guru
9 Pendekatan
kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan
non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik
supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses
dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru.
10. Ketiga macam
pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian
supervisi sebagai yaitu.
1) Percakapan
awal (pre-conference)
2) Observasi
3) Analisis/interpretasi
4) Percakapan
akhir(pasconference)
5) Analisis
akhir
6) Diskusi
11. Teknik
Supervisi adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan
supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang
sesuai dengan situasi dan kondisi.
12. Teknik
supervisi dapat dibadi atas dua sifat,(a) Indivdual dan (b) Kelompok. Teknik
Individual adalah teknik yang dilaksanaan oleh seorang guru oleh dirinya
sendiri, sedangkan kelompok adalah dilakukan oleh beberapa orang atau bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Ametembun, N.A.
(1981a). Guru dalam administrasi sekolah. Bandung: IKIP Bandung.
---------------.(1981b).
Supervisi pendidikan. Bandung: Suri.
Harahap,
Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan, PT. Ciawijaya, Jakarta.
Hahjanto.
(2006). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasymi, A.
(1986). Manajemen Informasi, Bina Aksara, Jakarta.
Hariwung.
(1989). Supervisi Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Jamil, Nizami,
O.K. (1997). Pola Manajemen Supervisi Pada Kanwil Depdikbud Riau. (Skripsi
Sarjana FIP IKIP Padang, 1997).
Joni, Raka, T,
(editor), JL. Bolla. (1982). Supervisi Klinis, TPPL, BP3, Depdikbud,
Jakarta.
Nawawi, Hadari.
(1983). Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta.
Nurhadi, Mulyani
A. (1983). Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jilit I, Andi Offset,
Yokyakarta.
Rifai, Mohd.
(1987). Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jemmars, Bandung.
Sehertian, A.
Piet. (1987). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya.
Sudjana. (2004).
Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Pruduction.
Soetopo,
Hendiyat, & Soemanto, Wasty. (1984). Kepemimpinan dan supervisi
pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sahertian. A
Piet. (1994). Profil Pendidik Profesional. Yokyakarta: Adni Offset
Said, Chatlinas.
(1988). Pengantar administrasi pendidikan. Jakarta:P2LPTK, Ditjen Dikti,
Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar